Minggu, 12 Februari 2012

10 November 1945 Hanya Kesalahpahaman

Teman Saya, Seorang Jawa Tengah dan Seorang Jawa Timur pernah berdebat mengenai kata membonceng. Saya pun pernah berdebat dengan Seorang Jawa Timur yang lain mengenai persoalan yang sama. Begini persoalannya dalam bahasa ujian ,
Diketahui : Asumsikan x dan y naik sepeda motor berdua .
Ditanyakan: Jika x membonceng y, maka siapakah yang berada di depan?
Jawab : Menurut seorang Jawa Tengah y berada di depan, sedangkan menurut seorang Jawa Timur x lah yang di depan.
Karena perbedaan pemahaman, mereka berdebat. Mungkin inilah penyabab kebanyakan guru fisika yang baik mengatakan bahwa pemahaman itu penting, lebih penting dari sekedar rumus. Bayangkan jika setiap kali mengerjakan soal fisika orang harus berdebat mengenai pemahaman. Tetapi sykurlah , meskipun ada perbedaan pemahaman, mereka berdua masih berteman.

Pentingkah saya membahas persoalan ini? Persoalan membonceng?
Penting To!

“Membonceng” pernah menjadi bagian dari sejarah penting Indonesia. Tepatnya dalam era mempertahankan kemerdekaan. Tentu saudara pernah sekolah di SD, SMP, dan atau SMA. Ingatkah saudara mengenai Pertempuran Surabaya? Ada “membonceng” disana. Jadi saya membahas sejarah.

Masih Ingatkah saudara dengan kalimat “Pasukan Sekutu diboncengi NICA bentukan Belanda.” Jadi siapakah yang berada di depan? NICA atau tentara sekutu. Maaf jangan berdebat soal ini. Mereka mendarat di Surabaya (Jawa Timur), jadi menurut saya arek-arek Suroboyo(Jawa Timur) beranggapan bahwa yang di depan adalah NICA . Padahal menurut orang-orang di dunia di luar Jawa Timur yang di depan adalah Pasukan sekutu.
Benarkah Pertempuran Surabaya terjadi karena sekedar kesalahpahaman arek-arek Surabaya, karena manganggap yang di depan adalah NICA padahal bukan? Untuk menjawab pertanyaan ini saya melakukan survey terhadap Teman-teman yang bersal dari wilayah Surabaya dan sekitarnya. Pertanyaannya adalah :
“Tentara Sekutu diboncengi NICA” atau dalam kalimat aktif dapat menjadi NICA membonceng Tentara Sekutu.
” Berarti yang di depan adalah NICA atau Tentara Sekutu?”
Mayoritas menjawab NICA ( tidak sama dengan pemahaman saya mungkin juga anda yang dari luar Jawa Timur) . hahaha.ternyata dugaan saya benar, Pertempuran 10 November terjadi karena Kesalahpahaman arek-arek Surabaya semata . Huahahahaha.
Tapi ada jawaban yang heroic dan politis.”Sing butuh njajah sopo? Sing duwe kepentingan NICA”mungkin seperti yang bilang Bung Tomo(bukan T*)
Dan ada jawaban kritis tapi kurang benar.”Koyoke nang ngarep kabeh deh … kan numpak mobil..”(padahal numpak kapal). Sejarah Indonesia (tepatnya buku sejarah) anak sekolah itu buruk. Jangan harap anda ngerti sejarah hanya berdasarkan buku sejarah sekolah. Mereka naik apa hayo?
Kesalahpahaman terjadi jika arek-arek suroboyo mengasumsikan sekutu dan NICA naik motor. Padahal tidak. Runtuhlah dugaan saya, padahal sudah hampir jadi teori sejarah yang lucu.lalu bagaimana???

EUREKA, EUREKA. Saya temukan (meniru gaya Archimedes(gaya disini bukan = massa air yang dipindahkan dikalikan percepatan gravitasi, tapi gaya = lagak))
Jadi gaya Archimedes adalah lagak si Archimedes.
Ini bukan tentang kesalahpahaman tapi memang begitulah pemahaman mereka (yang salah jika saya mengasumsikan hanya pemahaman saya yang benar) hehe . Orang jawa timur memahami bahasanya bahwa orang yang membonceng adalah yang duduk di depan. Ini juga bukan masalah naik apa. Toh jika asumsi naik motor permasalahannya bukan siapa yang benar-benar duduk di depan. Yang di depan maksudnya yang berkepentingan ( bahasa politik). Jika menurut pemahaman saya Sekutu duduk depan dan NICA duduk di belakang. Bisa saja Sekutu adalah tukang ojek, jadi yang di belakang adalah jelas NICA. Tapi NICA lah yang jelas berkepentingan sampai tujuan. NICA bentukan belanda, dan Belanda bertujuan menjajah kembali. Sekutu hanya tukang ojek. Dan maka itulah layak terjadi perang besar kala itu.

Jadi kesimpulannya:
Harusnya di buku sejarah anak sekolah ditulis : “ NICA naik ojek ke Surabaya. Tukang ojeknya sekutu” Dengan begini anak Jawa Timur, anak Jawa Tengah, anak Gunungkidul, dan seluruh Indonesia memiliki pemahaman yang sama. Bahkan Cinta Laura (sering bilang “naik ojek”) yang nasionalismenya tak karuan(soalnya di tanya Cinta anak Indonesia apa Jerman, jawabnya Aku anak Internasional) pun akan paham ,sama dengan yang lain.

Pertempuran Surabaya terjadi jelas bukan karena hari itu tanggal 10 November, hari ini pun saya ucapkan selamat hari pahlawan.