Selasa, 28 Agustus 2018

RAKOR ASSET MANAGEMENT 2018



Securing Asset Through Digitalization Business Process
By: Asset Management

Siang itu, 13 Agustus 2018 saya mendapat informasi bahwa pada tanggal 24-26 Agustus 2018 akan diadakan acara Rakor Asset Management 2018, dengan thema Securing Asset Through Digitalization Business Process. Di Lampung.
Yang menarik dalam acara rakor selama tiga hari ini, di hari kedua, sabtu 24 Agustus akan diadakan gowes bareng para anggota Mitratel Cycling Community. Dengan trek dari kota Bandar Lampung menuju pulau Pahawang. WOOOOWWW. Menarik buat penggila gowes karena rencana gowes bareng ke pulau Pahawang ini memang sudah menjadi impian teman-teman komunitas. Ya, sudah beberapa bulan ini memang mencuat ide untuk gowes bareng ke pulau Pahawang. Selain sehatnya dapat, kita pun nikmatin keindahan alamnya nih. :D
Semua persiapan dilakukan teman-teman panitia. Termasuk kami dari RO Jabodetabek yang akan partisipasi dalam acara tersebut. Lama menanti, akhirnya kesampaian juga. Seminggu sebelum hari H, kami mendapat arahan buat yang berangkat melalui jalur darat supaya berangkat di hari kamis malam, 22 Agustus. Dengan catatan tidak mengabaikan pekerjaan di hari jumat 23 Agustus.
Tibalah hari yang dinanti, kamis 22 Agustus rekan-rekan dari kantor pusat sudah berkumpul di kantor RO Jabo pada pukul 20.00 WIB. Semua peserta jalur darat sudah siap berangkat. Dengan jumlah peserta sekitar dua puluh orang, rombongan beserta sepeda pun berangkat dengan menggunakan tiga buah kendaraan Elf. Exited tentunya. Rombongan darat berangkat sekitar pukul 22.00 WIB. Perjalanan dari kantor RO Jabo sampai hotel di kota Bandar Lampung memakan waktu tempuh selama kurang lebih delapan jam, tiba pukul 06.00.



Hari Pertama,
Jumat, 24 Agustus 2018

Sekitar 2 jam rombongan istirahat dan bersih-bersih di kamar hotel, acara dilanjutkan dengan sarapan bersama. Tak lama kemudian, rombongan senior leader yang dipimpin langsung oleh pak Eko Harijadi tiba di hotel. Setelah beristirahat sebentar dengan menikmati kopi dan cemilan-cemilannya, peserta pria menuju masjid untuk sholat jumat.
Tepat pukul 14.00 WIB, Sharing Session pun dimulai. Acara dibuka oleh pak Anung selaku komandan dari Asset management. Dalam pemaparannya, pak Anung menjelaskan beberapa hal yang berhubungan dengan asset management. Seperti akan banyaknya PKS-PKS Sewa Lahan yang akan berakhir. Juga bagaimana teman-teman Asset Management (dengan bantuan IT tentunya) sudah mengembang aplikasi-aplikasi  yang memudahkan karyawan dalam mencari informasi data-data asset.
Acara siang itu berjalan tidak terlalu formal. Bahkan ada pertanyaan berhadiah yang diberikan langsung oleh pak Eko Harijadi pada waktu giliran beliau mengisi sesi. Ada beberapa point yang menarik dalam paparan pak Eko. Seperti contoh masih banyaknya site-site NPA yang mesti segera dicarikan ‘penumpangnya’ supaya menghasilkan buat perusahaan. Juga site-site ADK, yang sesegera mungkin diselesaikan supaya menjadi asset sungguhan. Ini menjadi tugas kita bersama. Sekitar pukul 16.00, acara sharing session berakhir. Semoga paparan dari pak Anung dan pak Eko semakin memotivasi kita untuk lebih semangat lagi dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tersebut. Setidaknya dari managemen pasti memikirkanlah untuk menambah bonus.😃

Tak lama setelah sharing session ditutup, rupanya akan segera dimulai pertandingan Asian Games cabang olahraga Sepakbola antara Indonesia vs UEA. Sayangnya tim nasional U-23 tersisih lewat adu pinalti.☹️
Demi menghibur diri karena tim nasional tersingkir, beberapa peserta menyiapkan sepedanya untuk dibawa gowes tipis-tipis keliling kota Bandar Lampung. Lumayan, walau sebentar tapi bisa mengobati kekecewaan para peserta.

Malamnya, panitia sudah menyiapkan acara seru buat peserta, bertempat di salah satu restoran tak jauh dari hotel tempat menginap. Makan malam sudah tersedia. Berikut juga dengan organ dan biduannya. Sembari makan bersama, para peserta bergantian bernyanyi mendampingi biduan. Tak ketinggalan pak Eko pun menyumbangkan suaranya untuk menghibur peserta. Beberapa lagu dinyanikan oleh pak Eko. Tetapi yang paling epik (mungkin lebih tepatnya yang paling dihapal oleh peserta) adalah lagu yang liriknya:

Wajahku ganteng, banyak simpanan
Sekali lirik, ok sajalah
Bisnisku menjagal, jagal apa saja
yang penting aku, aku menang
persetan orang susah karena aku
yang penting asik,
sekali lagiii.... ASSSIIIKKK!!!


Semua ikut nyanyi, semua ikut goyang. Daaaaann... acara  malam itupun ditutup dengan makan buah paling enak sedunia. PESTA DURIIAAANNN!

Memanglah panitia, TOP BANGEEETTT.

Hari Kedua
Sabtu, 25 Agustus 2018

*dikamar 9016
“Kriiiinngg... Kring..Kriiiiinnnggg....”
Saya terbangun. Seperti yang sudah dibreafing di malam sebelumnya, bahwa akan ada morning call pukul 04.30. Peserta diharap untuk menunaikan ibadah sholat subuh dan mempersiapkan segala keperluan karena hari kedua inilah gowes diadakan. Selepas sarapan, peserta berkumpul di salah satu sudut hotel untuk mulai mempersiapkan sepeda masing-masing. Sekitaran pukul 08.00, para peserta  sudah siap dengan sepedanya. Rupanya, gowes ini akan ditemani oleh salah satu komunitas gowes kota Bandar Lampung. BBC namanya, tapi saya lupa apa kepanjangannya 😛

Gowes pun dimulai, dengan dipandu oleh pak Isnul, pic Site Management cluster Lampung menuju 2 site yaitu site Teluk Bone dan Tanjung Jati 3 yang kebetulan searah dengan tujuan ke dermaga Ketapang. Karena hanya site Tanjung Jati 3 site Green Field, maka kami pun cukup lama singgah di site ini sambil berpoto ria.




Setelah site visit di rasa cukup, rombongan pun kembali menggowes sepedanya. Dengan jarak tempuh sekitar 27 kilo meter, cukup menguras tenaga. Demi menjaga nama baik dan kehormatan teman-teman peserta, saya tidak akan menyebut nama siapa-siapa saja yang TTB (Tuntun-Tuntun Bike)😛

Seperti yang sudah saya prediksi sebelumnya, mantan GM Area 2 yang saat ini menjabat sebagai VP PMO tidak akan mau berada dalam barisan belakang rombongan. Bapak Achmad Wiyono memacu sepedanya di posisi paling depan dan tiba paling awal di dermaga Ketapang. Padahal kan ini bukan balapan ya.. J. Beberapa kali memang gowes bareng beliau, dan harus saya akui kalau stamina pak Wi, melebihi stamina teman-teman yang terpaut jauh usianya.
*eh tapi..  gak pake stuntmankan pak Wi?😛

Tengah hari, semua peserta sudah tiba di dermaga Ketapang. Sambil melepas lelah di kedai kopi, beberapa teman mendismantle semua sepeda. Karena sepeda akan ditinggal di dermaga. Hanya peserta saja yang turut dalam perahu yang akan membawa ke spot-spot snorkling disekitaran kepulauan Pahawang. Sebelum menaiki perahu, para peserta sudah menggunakan pelampung. Hal ini memang sudah menjadi SOP, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Oh iya, banyak orang menyebut Pulau Pahawan. Padahal sama seperti Pulau Seribu yang masuk kedalam wilayah propinsi DKI Jakarta. Sebenarnya adaah Kepulauan Seribu. Karena memang banyak pulau, makanya disebut Kepulauan.


Sekitaran 30 menit, kami nikmati perjalanan menaiki perahu. Indah betuuuulll pemandangan lautnya. Bayak pulau disekelilingnya. Menurut penuturan pengemudi perahu, ada belasan pulau yang tidak dihuni. Masih asri. Masih indah. Mudah-mudahan akan selalu asri dan indah. Tentunya, dengan kesadaran untuk tidak merusak alam. Salah satunya dengan tidak membuang sampah sembarangan. Apalagi langsung membuang ke laut. Karena sayang sekali, kita yang dilimpahi kekayaan alam yang luar biasa indah, tapi tidak tidak bisa kita jaga.
dSetibanya di spot snorkling, tak menunggu waktu lama peserta satu persatu mulai menceburkan dirinya ke laut. Cakep. Terumbu karang terlihat terjaga. Ikan-ikan kecil berenang kesana kemari. Beberapa kali terlihat bintang laut. Ai maaakk... cakep bettullll.



Setelah dirasa cukup, rombongan meninggalkan spot, menuju Tanjung Putus. Dinamakan Tanjung Putus karena ada sebuah pulau yang berjarak hanya sekitar seratus meter terpisah laut dari pulau Sumatera.
Begitu perahu berlabuh, makan siang sudah tersedia. “Nikmat Tuhan manalagi yang kudustakan” guman saya dalam hati. Sudah puas snorkling, makan siang sudah menunggu.
Puas menyantap makan siang, rombongan bersiap-siap meninggalkan tempat makan. Sebelum meninggalkan tempat, diadakan sedikit acara yel-yel yang dipimpin langsung oleh pak Eko. Rombongan terbagi dua. Satu rombongan terdiri dari semua senior leader dan beberapa peserta kembali ke dermaga Ketapang. Satu rombongan lainnya melanjutkan perjalanan ke spot snorkling berikutnya. Menjelang sore, kami beranjak meninggalkan spot itu, berlayar menuju pulau Pahawang Besar. Tempat kami menginap malam itu.


Sedikit gambaran tentang pulau Pahwang Besar, menurut tim dari Event Organizer yang memandu kami, pulau Pahawang Besar merupakan salah satu pulau private. Milik salah satu mantan gubernur provinsi Lampung.  “Dulunya pulau ini cuma dipake sama keluarga gubernur bang, tapi lama kelamaan dikarenakan sibuk dengan urusan kedinasan, pulau ini sempat terbengkalai, ini danau buatan dulunya tambak ikan nih, tapi karena tak diurus, banyak warga sekitaran pulau mengambil ikan-ikannya”. “Sampai akhirnya pak gubernur tidak menjabat lagi, pulau ini dibuka untuk komersil, siapapun boleh menyewa cottage pulau ini”. Ujar mas Denny, kordinator EO.

Bermalam di pulau itu, lumayan merefresh pikiran. Selain dari cottagenya yang memang nyaman, pantainya pun cocok untuk nikmatin sore. Sayangnya awan mendung sedang tebal-tebalnya, jadinya sunset tidak sesuai harapan.
Makan malam bareng, ngobrol ngalur-ngidul, nyanyi-nyanyi, itulah kegiatan kami malam itu. Hujan turun menambah sendunya suasana pulau pribadi ini. Sampai akhirnya kelelahan tak dapat lagi ditahan, jelang tengah malam kami satu persatu kami masuk kamar untuk beristirahat.

Hari Ketiga
Minggu, 26 Agustus 2018

Tak terasa, ternyata ini sudah hari terakhir. Agak malas-malasan memang untuk beranjak dari tempat tidur. Apalagi udara dingin sehabis hujan semalam bikin betah di kasur. “Wooyy... kau sarapan gak Po, nanti abis kau nyesel” teriak pak Bambang Suprayitno.
Sekitaran pukul 09.00 semua sudah siap meninggalkan cottage, semua sudah berkumpul di pantai untuk masuk perahu. Pagi ini rombongan kembali terbagi dua. Satu perahu membawa rombongan yang langsung menuju dermaga Ketapang. Satu rombongan lagi menuju pulau Pahawang Kecil. Saya ikut rombongan yang menuju pulau Pahawang Kecil. Ini pulau memang cakep, pasir putih terhampar ditepi pantai. Ada juga spot snorkling. Tapi kami tidak snorkling lagi. Takut ribet karena baju-baju basah. Memang tidak bohong poto-poto di social media itu tentang pulau Pahawang. Cakep!



Mengingat ada rombongan teman-teman yang sudah menunggu di dermaga Ketapang, kami tak lama di pulau Pahawang Kecil. Sekitaran satu jam perjalanan dari pulau Pahawang Kecil ke dermaga Ketapang. Seperti kemarin, kami terkagum-kagum atas keindahan pemandangan laut dan pulau-pulau sepanjang perjalanan.
Di dermaga Ketapang, rombongan pertama sudah menunggu di kedai kopi. Begitu kami berlabuh semua peserta masuk kedalam Elf. Perjalanan dilanjut ke pelabuhan Bakauheni. Sesampainya di pelabuhan Bakauheni, tak lama rombongan masuk kedalam kapal feri menuju palabuhan Merak di kota Cilegon, Banten. Nasi bungkus sudah siap buat disantap. Astaga panitiaaaa, gak dikasih laper kita J
Bonus dari palayaran ke Merak, ada beberapa ekor ikan lumba-lumba yang berenang ujung kapal “memandu” pelayaran kali ini. Aaaahh.. seperti di tv-tv.
Tiga jam pelayaran, kapal berlabuh di pelabuhan Merak, perjalanan dilanjut. Satu Elf menuju TLT, dua Elf menuju kantor RO Jabodetabek, tiba pukul 23.00
Aaaahh.. memanglah negeri ini dilimpahi keindahan alam yang tak ada bandingnya. Patut kita bersyukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa.

Terima kasih saya ucapkan pak Eko dan bapak-bapak senior leader yang sudah mau meluangkan waktunya.
Matur nuwun sanget njeh pak Anung, mbak Wid, mbak Upik.. akhirnya kesampaian juga kita ke Pahawang ya pak Anung J
Semoga kedepannya, Mitratel semakin jaya dan dapat meraih juara umum dalam industri infrastruktur telekomunikasi, seperti yang kita harapkan.
Mengopi yel-yel pak Eko, saya tutup tulisan ini dengan kata-kata
“Siapa Kita? MITRATEL!
“Siapa Kita? MITRATEL!
“Semangat Pagi! Pagi! Pagi!! Pagi!!!

-Salam Solid, Speed, Smart-
Cempaka Putih, 27 Agustus 2018
Pontas Butar Butar 

Jumat, 20 November 2015

Peluru Hanya Mematuhi Hukum-Hukum Fisika

Sebelum ditemukan senapan mesin, manusia berperang dengan berbaris. Kedua belah pihak berhadapan di lahan kosong semacam lapangan, makanya ada istilah battle field. Mereka bertempur jauh dari rumah, karena rumahnya, keluarganya, itulah yang mereka lindungi. Lawan adalah prajurit yang berbaris di hadapannya. Kalau modalnya cukup bisa naik kuda, supaya keren dan cepat larinya. Biasanya berunding dulu. Mirip permainan catur atau sepak bola, ada tempatnya, ada aturannya.

Setelah ditemukan senapan mesin baris-berbaris sangat berisiko jika diterapkan dalam pertempuran. Manusia tak dapat berlari secepat rentetan peluru bahkan naik kuda sekali pun, dua kali pun ,tiga kali pun, sampai banyak sekali pun. Maka bertempur di lapangan menjadi tidak relevan. Karena tidak ada lapangan khusus pertempuran perang bisa terjadi di mana-mana, manusia yang bukan prajurit bisa jadi korban, mereka terseret dalam pertempuran. Apalagi setelah ditemukan bom, pesawat tempur, meriam yang semakin jauh jangkauannya, roket, dan bahkan bom atom. Perang semakin brutal. tidak ada aturan yang mengikat. Peluru hanya mematuhi hukum-hukum fisika.



Pertempuran, perang itu sendiri adalah teror. Jaman dahulu tidak ada istilah teroris, mungkin karena jelas mana prajurit dan bukan.

Menurut saya teroris sendiri adalah sebutan bagi musuh yang belum diakui. misal seorang atau segelintir orang yang punya tujuan tertentu ingin melawan pemerintah maka ia tidak terang terangan, sembunyi lalu melakukan teror, itu teroris. Jika anggotanya cukup banyak sehingga diakui oleh bangsa-bangsa maka mereka jadi pemberontak. Jika mereka berhasil melakukan pemberontakan, mereka bisa menjadi pemerintah. Setelah menjadi pemerintah, mereka bisa meneror bangsa lain dan menindasnya.

Naasnya banyak yang mendasari peperangan dengan agama yang dianutnya. Sejak dulu juga ada, sebelum ada senapan mesin dan bom. Tapi mereka bertempur dengan lawan yang setimpal, bukan orang tak bersenjata. pengetahuan saya tentang agama yang sedikit sekali, tidak mengajarkan untuk memerangi orang orang tak bersenjata. Agama tidak mengajarkan untuk memberondong warga tak bersenjata dengan senapan mesin. Tidak ada ayatnya. Itu Bid'ah. Memberondong warga tak bersenjata setau saya diajarkan oleh GTA San Andreas.

Selasa, 15 September 2015

Suci Namun Goblok



Berikut adalah pemahaman saya ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4. Ini saya tulis  sekadar sebagai sejarah pemikiran saya.

   Dimulai dari sebuah pertanyaan. Pertanyaan dasarnya adalah apa perbedaan antara manusia dengan hewan? Waktu itu saya belum mengenal klasifikasi makluk hidup. Jadi saya belum tahu bahwa manusia dapat diklasifikasikan ke dalam kingdom animalia.
   Waktu itu saya tahu sedikit apa itu seks, meski pun saya tidak menyebutnya demikian. Saya tahu bahwa jika kambing jantan memasukkan alat kelaminnya ke alat kelamin betina maka si pemilik kambing dapat bertambah jumlah kambingnya. Saya juga paham bahwa ayam, belalang, kupu-kupu melakukannya.Bahkan saya juga tahu bahwa jika manusia melakukannya maka si wanita bisa hamil. Namun saya tidak menyebutnya seks. Saya menyebutnya aktivitas pemerkosaan. Entah kenapa, mungkin karena saya belum pernah menyaksikan adegan seks, dan yang saya tahu hanya berita berlabel PATROLI di Indosiar.
   Menurut pemahaman saya manusia memiliki dua kemungkinan untuk bisa menghasilkan bayi. Pertama ada aktifitas pemerkosaan dan kedua karena cinta. Hanya cinta. Hanya cinta dan tanpa seks. Saya beranggapan bahwa pasangan suami istri yang saling mencintai tidak perlu melakukan hubungan pemerkosaan tadi. Karena mereka saling mencintai, maka hanya karena cinta itulah Tuhan mau menitipkan saya kepada Bapak dan Ibu. Dan itu alamiah. Maklum, bahkan saya tidak paham kisah Nabi Isa putra Maryam, Saya juga tidak tahu bahwa dalam kitab suci sudah dituliskan perihal sperma dan sel telur.
   Cinta, itulah sebuah kemungkinan yang dimiliki oleh umat manusia, yang membedakannya dari hewan. Hewan harus berhubungan seks untuk mendapatkan keturunan, sementara manusia tidak. Itulah pemahaman saya yang amat dalam mengenai mengapa saya bisa hidup di bumi ini. Itulah pemahaman saya mengenai cinta yang begitu tinggi, begitu suci. Suci karena saat itu pikiran saya belum banyak polutannya. Suci karena itu hasil pemahaman saya sendiri. Suci karena saya kira manusia tidak perlu 'tindakan pemerkosaan' tadi untuk mendapatkan keturunan. Suci namun naif. Hmm bukan, lebih enak disebut “suci namun goblok”. Goblok, masa seperti itu sekarang saya anggap tidak goblok? Merasa mendapat ilham yang suci (namun goblok) itu tadi, merasa itu penemuan yang hebat, teori yang fundamental mengenai awal keberadaan saya sendiri, lantas saya bercerita ke Bapak dan Ibu perihal pemahaman tersebut
    Ibu saya sontak terkejut. Lalu meluruskan bahwa manusia yang menikah juga melakukannya dan itu bukan pemerkosaan. Intinya itu.

    Saya juga terkejut mendengar pemahaman ibu. Pemahaman saya yang suci, yang sudah didapatkan dengan proses berfikir menggunakan pemahaman-pemahaman yang sudah saya punya, sirna. Teori saya runtuh. Saya agak sulit menerima mendengar kenyataan tersebut, memang kenyataan sering kali sulit diterima oleh jiwa yang tidak sehat. Saya merasa kotor. Sayangnya saat itu saya menjadi beranggapan buruk terhadap manusia, karena tidak bisa membedakan antara manusia dengan hewan, Tapi setidaknya saya jadi tidak goblok. Lalu, pertanyaannya, cinta itu apa? fungsinya apa?

Cinta tidak bisa sirna hanya disebabkan ketidakmampuan pengungkapan. Sebab bagian utama dari cinta itu adalah hati, bukan rasio. Seorang anak kecil mencintai susu. dan susu menjadi makanannya. Meski demikian ia tak dapat menjelaskan apa itu susu sebenarnya. Meskipun jiwanya menghasratkan, mustahil ia mampu mengungkapkan kepuasan yang diperoleh dari meminum susu atau bagaimana ia menderita apabila dijauhkan dari susu. -Jalaluddin Rumi
Itulah pemahaman saya dulu yang goblok mengenai hidup manusia dan cintanya. Dulu, bukan sekarang. Kalau sekarang, sudah banyak hal yang saya saksikan, sudah lebih banyak tulisan yang saya baca. Tingkat kegoblokan saya sudah berkurang.

Jumat, 21 Agustus 2015

Astaghfirullah

Sebagai zoon politicon saya ingin bergabung bersama peradaban, bergaul dengan teman-teman. Untuk itu saya ikut masuk rental Play Satation, menonton mereka memainkan Winning Eleven. Untuk itu saya menonton mereka memainkan Pro Evoluiton Soccer  yang ada di komputer.
Suatu masa, saya ingin yang lebih. Saya ikut bergabung bermain sepak bola di lapangan luas standar tarkam. Sebelumnya, perlu diketahui bersama, bahwa misuh atau mengumpat adalah hal yang cukup dapat diterima dalam pergaulan kawula muda. Saya memang tidak punya kemampuan main bola. Jika saya melakukan kesalahan, misalnya bola yang dioper ke saya tidak dapat saya terima atau mrucut, lalu ada yang berteriak ,mengumpat, masih dapat diterima. Memang sopan-santunnya seperti itu.
Kali ini tidak demikian. Suatu saat saya gagal menerima operan bola. "Siiir" operan bola yang sebenarnya mudah diterima lolos dari kaki saya. Seketika itu salah seorang pemain teman berteriak, "ASTAGHFIRULLAH". 
.............................................................. 
Mendengar kalimat toyibah kok malah lebih menyakitkan dari pada umpatan umumnya. Itu kan berarti saya melakukan kesalahan sampai-sampai ada orang minta maaf pada Tuhan. Saya merasa jadi orang yang serendah-rendahnya, lebih rendah dari makna konotatif setiap umpatan yang ada beserta makna filosofisnya.
Pupus sudah harapan saya. Sejak saat itu saya merasa memang tidak pantas saya main bola, seakan-akan saya berkata "Tuhan, sepak bola ini milikmu, hamba-Mu yang hina ini tak pantas menikmatinya." Selamat jalan sepak bola Indonesia. 

Salam olah raga.

Rabu, 06 Agustus 2014

Gajah Ngidak Rapah



Dalam mukadimah tertulis bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan la la la ye ye ye. Sementara itu di dalam sebuah negara yang katanya sudah merdeka, kenyataannya tidak sesuai dengan tulisan itu.

Negara Indonesia adalah negara hukum. "Meski pun langit runtuh, hukum harus ditegakkan." Hanya orang bodoh yang menegakkan hukum saat langit runtuh. Sementara, bagaimana langit bisa runtuh kalau ia bukan sebuah kubah. Jika langit memang adalah sebuah kubah, lalu runtuh, apakah ada orang yang mau berlagak sok menegakkan hukum? Kalau langit runtuh betulan, ya sebaiknya kita bertobat, istighfar, tidak usah bertindak bodoh sok menegakkan hukum.Biarlah hukum itu runtuh. Langit saja runtuh, bagaimana bisa hukum tegak. Hukum itu hanyalah karya manusia, karena hukum yang lain, yang dibuat oleh Sang Pencipta itu sangat berbeda.

Hukum itu dibuat bukan sekadar untuk dipatuhi. Hukum dibuat dengan harapan mencapai tujuan tertentu.Yang terpenting tujuan itu, bukan hukumnya. Manusia selayaknya membela manusia lain yang dikasihinya, bukan kata-kata yang disepakati, apalagi kata-kata yang tidak dipahami bahkan belum pernah didengar.

Hukum itu berbahaya. Dengan hukum adalah benar membunuh orang. Dengan hukum adalah benar melarang wanita menggunakan penutup kepala, adalah benar melarang pelajar laki-laki memanjangkan rambutnya. Dengan hukum adalah salah seseorang menggunakan sendal jepit.

Saya kenal dengan istilah "Gajah ngidak rapah" atau jika diterjemahkan adalah gajah menginjak daun kering. Rapah atau daun kering yang dimaksud dalam pepatah ini mengandung arti atau maksud sebagai jebakan gajah. Jebakan untuk menangkap gajah  biasanya terbuat dari lubang besar di hutan yang di atasnya ditutupi daun-daunan kering. Jika gajah tersebut melewati daun-daunan kering tersebut gajah akan terperosok ke dalamnya. Niscaya gajah akan menderita.

Kata orang, pepatah di atas mengandung makna bahwa sesuatu yang menjadi pantangannya sendiri, dilanggar oleh dirinya sendiri. Pepatah tersebut di atas juga mengandung maksud bahwa orang bisa saja mengeluarkan aturan, larangan, dan kebijakan tertentu. Akan tetapi belum tentu orang yang mengeluarkan itu semua dapat menjalankannya dengan baik. Banyak sekali pembuat aturan, larangan, kebijakan, atau apa pun namanya pada kenyataannya dilanggarnya sendiri. 

Pemaknaan macam itu menjadi salah, karena gajah tidak membuat jebakannya sendiri. Mungkin gajah tidak memiliki kecerdasan layaknya manusia, tapi tidak cukup dungu untuk membuat jebakan untuk dirinya sendiri.Pemburu lah yang membuat jebakan itu, bukan gajah.

Saat ini penjajahan di atas dunia dapat dilaksanakan melalui aturan-aturan yang sah. Apa yang saya tulis diatas bukan berarti bahwa hukum tidak boleh ditegakkan. Hanya saja, saya merasa kasihan terhadap gajah. karena ulah pemburu yang kerjaannya menulis aturan di atas jebakan ditutupi daun kering yang akan diinjak gajah yang tidak tahu apa-apa, gajah terperosok di dalamnya.  Setidaknya gajah aman di dalam jebakan ketika langit runtuh.  Dalam dunia yang beradab seperti ini penjajahan dilakukan lewat aturan-aturan yang disepakati bersama. Entah bersama siapa. Mulai sekarang gajah ngidak rapah berarti manusia yang menderita karena aturan yang dibuat orang lain.

Akhir kata, Di mana langit dijunjung di situlah bumi dipijak. Dalam celah sempit antara bumi dan langit itulah manusia, gajah, ikan  belalang kupu kupu menderita, dihimpit, ditekan oleh langit dan bumi, ditambah jebakan sial pemburu gajah.