Rabu, 21 Juli 2010

Bangsa Kita

Banyak orang yang berkuasa, bertindak semaunya sendiri
setelah berhasil berbicara
Banyak orang yang dimintai pertanggungjawaban karena bicaranya
Tapi banyak orang yang yang lolos dari tanggung jawab atas perbuatannya

Apakah bangsa ini terlalu banyak bicara?
Saya katakan Iya saja

Memang inilah jamannya
Katanya demokrasi namanya
setauku barang ini sudah ada sejak jaman nabi Ibrahim
Kira kira 300 thn Sebelum Masehi
Saat itu senjata paling ampuh adalah ketapel
Sekarang?
senapan api, senapan mesin, bahkan jaman bom atom sudah lewat
Kenapa belum usang juga...

Lantas bagaiamana?
Yah.... Kita harus tetap bangga
Ini bangsa kita
Bangsa para leluhur yang telah beri kita kebebasan
Bangsa kita punya
Maka kita harus bangga terhadap apa yang kita punya
Dan begitulah cara kerjanya

Cerita dari Hastina Pura


Bersumber dari Kitab Mahabarata karangan Empu Sedhah dan Panuluh. Didapati dalam pagelaran wayang kulit.

Diceritakan ada sebuah negeri yang besar. Negeri yang sentausa, gemah ripah lohjinawi. Seperti negeri besar lainnya ( yang masih calon negeri besar juga) selalu terjadi kemelut politik dan pertumpahan darah. Di sinilah tempat penentuan akhir Kurawa vs Pandawa. Tapi masa itu masih nanti. Sekarang ayah ibu mereka baru akan lahir ke dunia.

Dimulai saat dewi Ambika mengandung anak pertama dari Prabu Abiyasa (Kakek kurawa dan Pandawa). Keadaan dunia atas, tengah, dan bawah menjadi tidak keruan. Mengapa? Ternyata si bayi menyimpan kekuatan yang sangat besar. Terlalu besar hingga para dewa takut. (Memang Dewa selalu takut dengan bayi super).

Para dewa resah jika jika bayi ini dewasa akan menjadi penguasa yang tirani, mungkin akan mengungguli ketiranian dewa. Karena bayi itu adalah Destarata. Ayah dari Kurawa. Simbol angkara murka dan tirani.

Bukan dewata namanya jika tak bisa melakukan sesuatu. Pucuk pimpinan para dewa, Batara Guru, memerintahkan sang Wisnu unuk menjinakkan si bayi. Wisnu turun ke bumi. Di dalam perut dewi Ambika ( masuknya tidak ada yang tau lewat mana. Dewa bisa masuk lewat mana saja), Destarata kecil dibuat buta dengan senjata cakra.

Lalu lahirlah Destarata ke dunia. Ia menjadi anak yang baik, rendah hati, dan buta tentunya. Seperti binatang jinak, meskipun dijinakkan masih saja kuat. Ia tumbuh menjadi raja yang kuat. Terlalu kuat hingga jarang berperang. Tak ada yang bisa mengalahkannya. Bahkan Prabu Krisna ( Wisnu )yang tiwikrama ( seperti Bruce Banner henshin jadi Hulk). Tak bisa membunuhnya. Destarata mati karena kekuatannya sendiri.

Jika teman punya kelemahan jangan berkecil hati. Mungkin teman adalah Destarata yang lain. Dengan kekuatan yang lain.

Senin, 19 Juli 2010

Orong Orong


Teman....
Mungkin pernah kalian dengar peribahasa jawa yang berbunyi, " kaya orong orong kepidak"( seperti orong orong yang terinjak). Seperti inilah orong orong itu.
Lalu bagaimana bisa tercita peribahasa yang demikian?
Begini ceritanya.

Maksud dari peribahasa tsb adalah Tiba tiba terdiam. perubahan yang sangat drastis dari sangat gaduh menjadi sangat diam. misalnya saat di kelas. sebelumnya teman2 gaduh karena tidak ada ibu guru di kelas. Tiba2 ibu guru datang. seketika kelas menjadi sunyi. semua diam. beginilah orong orong kepidak itu.

Orong orong masih saudara dengan jangkrik. Bedanya orong orong lebih panjang dan kaki depannya khusus di desain untuk menggali. ia ( orong orong ) suka menderik. seperti jangkrik, bunyi keluar dari gesekan sayap. yang ini betina, jadi tidak bisa menderik.

orong orong sangat sensitif.jika manusia mendekat ia langsung diam. apalagi kalau terinjak. maka ia langsung diam dan tak akan pernah berbunyi lagi. selamanya.

Begitulah kira kira ceritanya.
jadi kalau teman berjumpa dengan orong orong, jangan diinjak ya!
Hanya yang berada di atas yang akan menginjak yang ada di bawah. Maka yang ada di atas, hati hati. dengarkan derikan yang ada di bawah, jangan malah diinjak injak.

Jumat, 02 Juli 2010

Maaf jangkrik

Teman – teman, saya ingin bercerita

Ini cerita tentang jangkrik. Mewakili seluruh jangkrik yang ada di jagat raya.

Ditulis bukan untuk memenuhi tugas ilmiah maupaun nafsu ilmiah. Tetapi lantaran dahulu saya suka adu jangkrik.

Tahukah kamu kenapa namanya jankrik?

Karena bunyinya krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik..

Begitu pula jangkrik yang ada di Barat. Namanya cricket karena bunyinya crick.. crick.. crick.. crick.. crick.. Intinya sama seperti jangkrik di negeri kita. Hanya saja dalam ejaan yang berbeda.


Hanya jankrik jantan yang berbunyi. Bunyi keluar dari gesekan kedua sayap luar milik jangkrik. Sayap pejantan kasar dan si betina halus. Maka yang berbunyi yang jantan.


Ada banyak macam suara jangkrik. Mungkin bahasa jangkrik. Setidaknya saya paham tiga macam suara.

1. Jika suaranya sedang dengan birama sedang artinya masa damai. Suara ini menunjukkan jenis atau spesies jangkrik. Sang jangkrik menunjukkan keberadaanya kepada lawan jenis, lawan tanding, dan pemangsa.( manusia, kadal, burung, dsb)

2. Jika suaranya tinggi, keras dengan birama cepat artinya si jangkrik sedang bertarung. Man to man. Satu lawan satu.

3. Jika suaranya lemah tapi lebih cepat, itu suara jangkrik yang sedang bercinta. kalau teman dengar suara ini. Hati-hati ! jangan ganggu ! Ingatlah bagaimana kita suatu saat nanti. Atau kemarin, tadi pagi. Ahh nanti saja kalau sudah besar.


Entah berapa kali saya mengadu jangkrik.

Mereka (jangkrik) memang gladiator

Mereka hebat

Berapa kalipun kuadu mereka tetap jangkrik.

Tak seperti manusia yang tak ku kenal.

Saat mereka diadu mereka jadi domba.

Begitulah manusia. Jangankan jangkrik, nasib pun diadu

Jangkrik memang selalu menderik saat bertarung

Tapi akhirnya ditentukan oleh dua belah gigi yang besar.

Mereka menggigit. Penggigit yang agresif. Seperti Si leher beton.


Jangkrik itu kanibal.

Yang lemah dimakan.

Itulah hukum.

Yang lemah dihukum.

Yang kuat kenyang

Katanya hukum itu untuk menegakkan kebenaran

Tapi hukum itu sendiri belum tegak

Buktinya masih ada aparat penegak hukum.

Lalu lihat aparat penegak hukum

Apakah mereka tegak?.

Jelas tegak…

SIAP GRAK

Wahh tegak sekali

Cukup hukumnya


Tidak semua jangkrik kanibal

Hanya jangkrik yang lapar.

Paling tidak mereka tak pernah menghitung berapa kaum sendiri yang mereka bunuh.

Karena begitulah insting seekor jangkrik.

Sedang manusia menganggap membunuh satu orang bisa menyelamatkan sepuluh, seratus lalu sejuta. Begitulah manusia merealisasikan perang.

Banyak sekali yang terbunuh. Semua dihitung, Hingga nyawa satu orang sangatlah tak bernilai.


Inilah teori pembunuhan yang mungkin menjadi dasar teori kehidupan.

Benda hidup berasal dari benda tak hidup.

Manusia membunuh manusia lain seakan hanya dengan membunuh manusia bisa hidup.

Membunuh jadi kebutuhan primer. Buktinya pabrik senjata tetap produktif.

Tapi jangkrik tak perlu membeli senjata. Bukan karena mereka tak punya uang. Tapi karena jankrik sudah punya senjata. Yaitu jangkrik. Mereka lah senjata.


Mereka menderik dengan kencang

Tubuhnya berkilau ( Jawane KEMELENG)

Mereka bangga menjadi jangkrik.

Kita juga harus bangga jadi manusia.


Teman..

Jika kalian bertemu Jangkrik, sampaikan permohonan maaf saya.

Karena Saya telah mengadu Kaumnya.