Rabu, 21 Juli 2010
Cerita dari Hastina Pura
Bersumber dari Kitab Mahabarata karangan Empu Sedhah dan Panuluh. Didapati dalam pagelaran wayang kulit.
Diceritakan ada sebuah negeri yang besar. Negeri yang sentausa, gemah ripah lohjinawi. Seperti negeri besar lainnya ( yang masih calon negeri besar juga) selalu terjadi kemelut politik dan pertumpahan darah. Di sinilah tempat penentuan akhir Kurawa vs Pandawa. Tapi masa itu masih nanti. Sekarang ayah ibu mereka baru akan lahir ke dunia.
Dimulai saat dewi Ambika mengandung anak pertama dari Prabu Abiyasa (Kakek kurawa dan Pandawa). Keadaan dunia atas, tengah, dan bawah menjadi tidak keruan. Mengapa? Ternyata si bayi menyimpan kekuatan yang sangat besar. Terlalu besar hingga para dewa takut. (Memang Dewa selalu takut dengan bayi super).
Para dewa resah jika jika bayi ini dewasa akan menjadi penguasa yang tirani, mungkin akan mengungguli ketiranian dewa. Karena bayi itu adalah Destarata. Ayah dari Kurawa. Simbol angkara murka dan tirani.
Bukan dewata namanya jika tak bisa melakukan sesuatu. Pucuk pimpinan para dewa, Batara Guru, memerintahkan sang Wisnu unuk menjinakkan si bayi. Wisnu turun ke bumi. Di dalam perut dewi Ambika ( masuknya tidak ada yang tau lewat mana. Dewa bisa masuk lewat mana saja), Destarata kecil dibuat buta dengan senjata cakra.
Lalu lahirlah Destarata ke dunia. Ia menjadi anak yang baik, rendah hati, dan buta tentunya. Seperti binatang jinak, meskipun dijinakkan masih saja kuat. Ia tumbuh menjadi raja yang kuat. Terlalu kuat hingga jarang berperang. Tak ada yang bisa mengalahkannya. Bahkan Prabu Krisna ( Wisnu )yang tiwikrama ( seperti Bruce Banner henshin jadi Hulk). Tak bisa membunuhnya. Destarata mati karena kekuatannya sendiri.
Jika teman punya kelemahan jangan berkecil hati. Mungkin teman adalah Destarata yang lain. Dengan kekuatan yang lain.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Hmmmmmmmmmmmmm....
BalasHapusaku mau bilang apa ya tadi.. og jadi lupa ya..
hehehe
Wah,rikuesku dimuat euey!
BalasHapusTrek,ni crtny bnrn gtu?
Setauku destarata ki buta krna ibuny merem pas sma bpkny,
mega : aduh2, pikun
BalasHapusanis : hehe,
ini cerita versi pagelaran wayang kulit. Coba kalo pas ibune marem sma bapaknya dipraktekin pake wayang. Kan susah plus vulgar.
Aduh trek, ada2 aja kau, hahahaha
BalasHapussaru caahhh..
BalasHapushahahaha...
BalasHapusiyaaah,.. tau saja kamu lo aku emg pikun..!! :D
hwehehehe..
apik apik apik!!! :D
kek nya kemarin ku mau bilang itu deh..