Jumat, 02 Juli 2010

Maaf jangkrik

Teman – teman, saya ingin bercerita

Ini cerita tentang jangkrik. Mewakili seluruh jangkrik yang ada di jagat raya.

Ditulis bukan untuk memenuhi tugas ilmiah maupaun nafsu ilmiah. Tetapi lantaran dahulu saya suka adu jangkrik.

Tahukah kamu kenapa namanya jankrik?

Karena bunyinya krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik.. krik..

Begitu pula jangkrik yang ada di Barat. Namanya cricket karena bunyinya crick.. crick.. crick.. crick.. crick.. Intinya sama seperti jangkrik di negeri kita. Hanya saja dalam ejaan yang berbeda.


Hanya jankrik jantan yang berbunyi. Bunyi keluar dari gesekan kedua sayap luar milik jangkrik. Sayap pejantan kasar dan si betina halus. Maka yang berbunyi yang jantan.


Ada banyak macam suara jangkrik. Mungkin bahasa jangkrik. Setidaknya saya paham tiga macam suara.

1. Jika suaranya sedang dengan birama sedang artinya masa damai. Suara ini menunjukkan jenis atau spesies jangkrik. Sang jangkrik menunjukkan keberadaanya kepada lawan jenis, lawan tanding, dan pemangsa.( manusia, kadal, burung, dsb)

2. Jika suaranya tinggi, keras dengan birama cepat artinya si jangkrik sedang bertarung. Man to man. Satu lawan satu.

3. Jika suaranya lemah tapi lebih cepat, itu suara jangkrik yang sedang bercinta. kalau teman dengar suara ini. Hati-hati ! jangan ganggu ! Ingatlah bagaimana kita suatu saat nanti. Atau kemarin, tadi pagi. Ahh nanti saja kalau sudah besar.


Entah berapa kali saya mengadu jangkrik.

Mereka (jangkrik) memang gladiator

Mereka hebat

Berapa kalipun kuadu mereka tetap jangkrik.

Tak seperti manusia yang tak ku kenal.

Saat mereka diadu mereka jadi domba.

Begitulah manusia. Jangankan jangkrik, nasib pun diadu

Jangkrik memang selalu menderik saat bertarung

Tapi akhirnya ditentukan oleh dua belah gigi yang besar.

Mereka menggigit. Penggigit yang agresif. Seperti Si leher beton.


Jangkrik itu kanibal.

Yang lemah dimakan.

Itulah hukum.

Yang lemah dihukum.

Yang kuat kenyang

Katanya hukum itu untuk menegakkan kebenaran

Tapi hukum itu sendiri belum tegak

Buktinya masih ada aparat penegak hukum.

Lalu lihat aparat penegak hukum

Apakah mereka tegak?.

Jelas tegak…

SIAP GRAK

Wahh tegak sekali

Cukup hukumnya


Tidak semua jangkrik kanibal

Hanya jangkrik yang lapar.

Paling tidak mereka tak pernah menghitung berapa kaum sendiri yang mereka bunuh.

Karena begitulah insting seekor jangkrik.

Sedang manusia menganggap membunuh satu orang bisa menyelamatkan sepuluh, seratus lalu sejuta. Begitulah manusia merealisasikan perang.

Banyak sekali yang terbunuh. Semua dihitung, Hingga nyawa satu orang sangatlah tak bernilai.


Inilah teori pembunuhan yang mungkin menjadi dasar teori kehidupan.

Benda hidup berasal dari benda tak hidup.

Manusia membunuh manusia lain seakan hanya dengan membunuh manusia bisa hidup.

Membunuh jadi kebutuhan primer. Buktinya pabrik senjata tetap produktif.

Tapi jangkrik tak perlu membeli senjata. Bukan karena mereka tak punya uang. Tapi karena jankrik sudah punya senjata. Yaitu jangkrik. Mereka lah senjata.


Mereka menderik dengan kencang

Tubuhnya berkilau ( Jawane KEMELENG)

Mereka bangga menjadi jangkrik.

Kita juga harus bangga jadi manusia.


Teman..

Jika kalian bertemu Jangkrik, sampaikan permohonan maaf saya.

Karena Saya telah mengadu Kaumnya.

1 komentar: